Langsung ke konten utama

Masyarakat Aceh peringati 480 tahun persaudaraan Aceh dan Turki

Masyarakat Aceh peringati 480 tahun persaudaraan Aceh dan Turki
Prof Farid Wajdi Ibrahim menyampaikan tausiah tentang hubungan Aceh dan Turki di Komplek Makam Syehk Baba Daud Ar Rumi di Gampong (desa) Mulia, Kecamatan Kuata Alam, Banda Aceh, Selasa (20/8/2019) (ANTARA/Khalis)
Prof Farid Wajdi Ibrahim menyampaikan tausiah tentang hubungan Aceh dan Turki di Komplek Makam Syehk Baba Daud Ar Rumi di Gampong (desa) Mulia, Kecamatan Kuata Alam, Banda Aceh, Selasa (20/8/2019) (ANTARA/Khalis)

Banda Aceh (ANTARA) - Sejumlah masyarakat Aceh memperingati 480 tahun usia hubungan persaudaraan antara Aceh dengan Turki yang tercatat sudah terjalin sejak 1539 hingga 2019 masehi, dengan harapan hubungan ini terus langgeng dalam berbagai sektor mulai dari pendidikan, kebudayaan, dan lainnya.

“Kita ingin mempererat kembali hubungan Aceh dengan Turki yang sudah lama putus, dan baru 10 tahun lalu khususnya setelah tsunami, orang Aceh kembali berinteraksi dengan warga Turki sampai hari ini,” kata Koordinator Acara, Teuku Farhan di Banda Aceh, Selasa.

Peringatan hubungan persaudaraan antara Aceh dan Turki tersebut berlangsung di Komplek Makam Syehk Baba Daud Ar Rumi atau dikenal dengan sapaan Tgk Chik Die Leupeu di Gampong Mulia, Kecamatan Kuta Alam, Kota Banda Aceh.

Ia menjelaskan, Syeikh Baba Daud Al Jawiy Ar Rumi itu merupakan salah satu murid dari Syekh Aminuddin Abdurrauf bin Ali Al Jawiy Al Fanshuri yakni seorang pengarang kitab Turjumanul Mustafid, sebuah kitab tafsir yang sangat terkenal dan mengakar di daerah Timur Tengah dan Timur Jauh.

“Beliau (Syeikh Baba Daud) sendiri lahir di Aceh menurut bacaan yang kami temui. Apalagi namanya ada bin Agha, Ar Rumi, ini nama-nama yang biasa kita temui di Turki, jadi beliau masih keturunan Turki. Sehingga kita buat acara peringatan ini di komplek makam beliau,” kata Farhan.

Tujuannya, kata Farhan, agar masyarakat Aceh itu tahu bahwa ada situs sejarah ulama besar Turki di Banda Aceh ini. Selama ini masyarakat hanya mengenal situs peninggalan Turki itu hanya Gampong Bitai, yang juga terdapat makam-makam pendahulu warga asal Turki.

“Jadi situs ini jarang sekali dikenal publik, yang populer itu di Gampong Bitai. Makanya tujuan kami untuk mengenalkan kembali ke masyarakat agar tahu, khususnya Banda Aceh bahwa disini ada situs ulama besar, murid utama dari Syiah Kuala,” katanya.

Momentum peringatan ini diharapkan Aceh dan Turki tetap konsisten dalam menjaga hubungan yang telah lama tercipta ini. Dengan begitu semakin banyak anak muda Aceh yang bisa melanjutkan pendidikan ke Turki, dan orang Turki melakukan penelitian di Aceh.

“Karena banyak situs-situs nenek, kakek, dan ulama Turki terdahulu yang ada garis keturunannya disini, sehingga hubungan Turki ini bukan hanya hubungan diplomatik saja tapi hubungan persaudaraan darah yang sangat istimewa,” katanya.

/ANTARA ACEH

Komentar

Terimakasih para mitra






Majalah Sejarah dan Budaya Aceh Turki

Aceh, Indonesia

Email : sicupakmag[at]gmail.com