Tuanku Hasyim tetap pada pendiriannya, ia menolak jabatan Sultan. Dan pendiriannya yang kuat atas dasar tidak rela mengubah garis hukum adat, bahwa yang sebenarnya berhak menjadi Sultan adalah Alaidin Mahmud Syah.
Kalau alasan negara dalam keadaan bahaya, ia lebih senang turun ke lapangan untuk menghadapi musuh dari pada duduk bersila di atas tahta kerajaan hanya untuk memerintah. Karena penolakan ini akhirnya musyawarah memutuskan untuk mengangkat Mahmud Syah menjadi Sultan, biarpun dalam keadaan lemah, guna mempertanggung-jawabkan tugas Negara dan kelangsungan pemerintahan Aceh.
Meskipun secara resmi Tuanku Hasyim menolak diangkat menjadi Sultan, tetapi secara praktis, ia bertanggung jawab dan melaksanakan tugas-tugas kesultanan demi kepentingan negara, bangsa dan agama.
Pada waktu Sultan baru diangkat kekuatan-kekuatan yang ada di Aceh ada tiga golongan besar.
1. Golongan keturunan Arab, jumlahnya sedikit, mereka termasuk golongan yang intelek, persatuannya kokoh. Golongan ini lebih memilih berperang dengan Belanda.
2. Golongan penduduk asli, jumlahnya banyak. Mereka lebih dekat kepada Sultan, tetapi persatuan kurang kokoh. Di dalamnya tergabung Ulebalang-Ulebalang yang ternama, tetapi mereka ini nampaknya sangat lemah dan bersedia bekerja sama dengan Belanda, oleh sebab itu Belanda mencoba mengadakan kontak dengan golongan ini.
3. Golongan yang mempunyai pendirian keras, yang tidak dapat diajak berdamai, jumlah terbesar. Mereka terdiri dari orang-orang kuat dan para ulama. Golongan inilah yang paling gigih menentang penjajahan Belanda.
Golongan yang pertama dipimpin oleh Sayid Abdurachman Azzahir, sedang golongan yang ketiga dipimpin oleh Tuanku Hasyim, Tuanku Hasyim adalah tokoh yang kuat dan taat pada agama. Di samping itu atas pengaruh Tuanku Hasyim banyak pula golongan Ulebalang yang taat pada agama. Mereka ada dipihak Tuanku Hasyim.
Para Ulebalang yang mendukung Tuanku Hasyim antara lain: Panglima Polim Ibrahim Muda Kuala, Teuku Nyak Raya Imeuem Leuengbata atau Panglima Keraton. Para ulama yang mendukung perjuangan Tuanku Hasyim ialah Tengku Cik di Kutakarang Syekh Abbas, Tengku Cik di Tiro Muhamad Saman dan lain-Iainnya
Sumber: https://tengkuputeh.com/2017/11/19/tuanku-hasyim-wali-nanggroe/
Komentar
Posting Komentar