Identitas Keislaman dan Jaringan Politik Aceh: Studi Mukim dan Pengaruh Turki Utsmani


 

Kehidupan Ekonomi di Kerajaan Aceh Darussalam: Sejarah dan Perkembangan |  Gema Sumatra 

Sicupak.com - Dalam sistem pemerintahan Aceh, mukim adalah gabungan dari beberapa kampung yang ditandai oleh sebuah masjid. Mukim berasal dari kata Bahasa Arab yang bermakna sebuah tempat yang dihuni oleh sejumlah kampung. 

Terdapat sebuah masjid dalam satu mukim yang dipergunakan sebagai tempat shalat Jumat dengan patokan dapat dihadiri oleh 40 orang.

Beberapa mukim terhimpun di dalam sagi (sagoe) yang diberi nama sesuai dengan jumlah mukim.

https://i.ytimg.com/vi/OHxb0hRRoNE/hq720.jpg?sqp=-oaymwEhCK4FEIIDSFryq4qpAxMIARUAAAAAGAElAADIQj0AgKJD&rs=AOn4CLCzm5xQzLCtq7Yj8dxr6XdaoLJokA 



Terdapat 3 sagi dalam pemerintahan Aceh, yaitu 22 Mukim, 26 Mukim, dan 25 Mukim. Setiap sagi dipimpin oleh seorang kepala yang disebut juga dengan panglima sagi.

Terdapat 2 hal yang dipaparkan oleh Kesultanan Aceh sebagai bukti statusnya sebagai negara vasal Turki Utsmani di dalam surat tersebut. 

Pertama, penggunaan bendera Turki pada kapal-kapal Aceh. Hal ini bermula pada abad 16 saat dikirimkannya bendera oleh Turki Utsmani sebagai respon atas surat dari Sultan Aceh. 

Pengiriman bendera diiringi dengan izin untuk menggunakan bendera Turki Utsmani pada kapal-kapal Aceh sebagai proteksi diri dari perompak Eropa. 

Penggunaan bendera terus berlanjut di abad-abad berikutnya bahkan dalam peperangan melawan Belanda. Bendera tersebut berwarna merah dengan bentuk bulan sabit di bagian tengahnya. Terdapat penambahan lambang pedang di bagian bawah bulan sabit.

 

 BENDERA ALAM PEDANG ACEH

Kedua, penyebutan nama pemimpin Turki Utsmani dalam pertemuan-pertemuan penting Aceh. Penyebutan nama Sultan Turki Utsmani termasuk dalam khutbah sholat Jumat merupakan titah dari Sultan Selim II yang pada saat itu menjabat sebagai Sultan Turki Utsmani. 

Titah ini merupakan respon atas surat permohonan vasal yang dikirimkan oleh Sultan Aceh.

Adapun penyebutan Sultan Turki Utsmani dalam khutbah-khutbah di Aceh dibuktikan oleh penemuan 2 manuskrip khutbah abad 19 di Indonesia dan Belanda. Naskah pertama, memiliki kode ML 465, merupakan koleksi Perpustakaan Nasional Jakarta.

Sumber: https://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/74847/1/HUMAIRA%20AZZAHRA_SPs.pdf

 

Komentar